Tirai
dan jendela kamar Rani pagi itu masih tertutup rapat. Udara panas dan matahari
yang mengawali pagi itu tidak mengusik tidur Rani sedikit pun. Suara alarm yang
sedari tadi berbunyi, tidak mampu membangunkan gadis yang menempuh pendidikan
di salah satu universitas swasta yang mengambil jurusan ekonomi managament ini.
Sudah menjadi suatu hal yang biasa jika Rani selalu terlambat bangun, karena di
malam hari Ia selalu diganggu mimpi buruk. Ia selalu memimpikan kecelakaan yang
merenggut nyawa Clara dan Bagas. Ia juga memimpikan saat dimana Ia harus
merelakan kepergiaan Angga, dan kejadian - kejadian itu yang selalu mengusik
tidur nya. Bahkan terkadang Ia merasa takut untuk memejamkan mata karena tidak
ingin membayangkan kejadian itu lagi.
Dengan perlahan, Bi Inah masuk ke
kamar Rani untuk membangunkan nya.
“Non,
bangun non!” teriak bi Inah sambil membuka tirai dan jendela yang seketika
membuat kamar itu dipenuhi cahaya panas dari sinar matahari.
“Non, ayo
bangun buruan sudah pagi, nanti bisa di marahin ibu kalau non telat lagi
ngampusnya, ntar uang jajan nya di potong loh, cepet non!!” sambil berusaha
menarik Rani.
“Ia bik, ini juga udah bangun, tapi matanya ga mau kebuka, ntar
lagi ya. Semenit aja” sambil tersenyum dan mengangkat satu jari nya, ia kembali
memeluk erat boneka kesayangan teman tidurnya, winni the pooh, yang biasa Ia
panggil Deara.
“Non ayo
bangun, sekarang udah jam tujuh!”, dan kali ini usaha bi Inah membangunkan Rani
berhasil. Dengan tubuh yang masih berlapis selimut dengan mata terpejam, Rani
berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
Sambil
bernyanyi diiringi musik yang mengalun dengan volume yang memekakkan telinga,
Rani bersiap - siap untuk kekampus dengan santainya tanpa memperhatikan jam
yang terus bergerak yang sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Sedari tadi, Ia
berdiri di depan cermin dan terus memperbaiki rambut hitam panjang nya yang
lebat yang memang sengaja di gerai yang membuat ia terlihat perfect. Rani memiliki wajah yang
mungil, dengan tinggi tubuh yang tidak terlalu tinggi yang membuat nya terlihat
imut. Rani bukan lah perempuan yang doyan mengitari Mall, Ia lebih suka dengan
sesuatu hal yang bebas, yupp mengitari alam bebas.
“Ok
saatnya bilang, sempurna,” sambil tersenyum centil didepan cermin. Rani
memandangi pantulan dirinya didepan cermin dan memuji penampilan nya sendiri
sambil tersenyum malu.
“Rani, ayo
turun sudah jam berapa ini? Kamu kan harus sarapan dulu sebelum berangkat!”,
panggil mama, yang memang sedari tadi sudah menunggu Rani yang serba lama dalam
segala hal dan membuat Rani seketika sadar dan segera melirik jam tangan nya.
“Ia ma,
Rani turun sekarang!” teriak Rani. “Kak Clara, Kak Bagas, Rani pergi dulu ya,
doain Rani,” sambil memandang foto Clara, kakak nya Rani, yang sudah meninggal
bersama Bagas kekasih Clara dalam suatu kecelakaan mobil. Rani hanya tersenyum
pedih menatap wajah dua orang yang paling Ia sayangi. Jelas sekali masih
tersimpan rapi penyesalan mendalam yang tidak dapat hilang dibenak Rani, meski
kepergian Clara dan Bagas sudah hampir delapan tahun. Rani segera meletak kan
kembali foto tersebut dan segera menyiapkan buku dan berlari kebawah sebelum
mama nya kesal dan timbul berbagai macam potongan harga, dari potongan uang
saku bahkan sampai potongan uang bensin.
Sesampainya
dimeja makan Rani segera bergegas menghabiskan sarapan nya, karna jika Ia
sampai terlambat lagi ke kampus kali ini, Ia akan dikenakan hukuman berlapis
oleh sang hakim.
“Sayang,
pelan – pelan makan nya, jangan buru – buru nanti kamu kesedak. Bukan nya kelas
kamu dimulai masih lama?” sambil memperhatikan Rani yang menghabiskan nasi
goreng dipiringnya dengan lahap entah karna lapar atau menghindari sesuatu hal.
“Ia ma
masih lama, tapi Rani mau jemput Kristi dulu sebelum ke kampus, soalnya kan
kami sekelas mata kuliah yang jam satu,”sambil tetap terus melahap nasi goreng
nya dan sesekali menoleh ke arah mama nya yang memang sedari tadi memperhatikan
nya sambil tersenyum.
“Oh ia ma,
papa mana?”
“Papa kamu
dari subuh sudah berangkat ke kebandara. Kan hari ini papa pergi ada urusan bisnis.
Makanya kalau tau mau pergi ketempat lain dulu sebelum ke kampus, bangun itu
cepat, mandi juga cepat biar kamu ngga buru – buru perginya. Ya, smoga aja di
jalan nanti ngga macet,”sahut mama yang berusaha menyindir Rani.
“Ia ma,
nanti next time Rani pasti bangun
cepat,” sahut Rani yang hanya mampu tertunduk malu.
“Oh ia,
kamu hari ini latihan?”
“Ia ma,
Rani latihan hari ini sama Devi sama Della juga,” jawab Rani.
“Loh, kok
Citra sama Natali ngga latihan? Bukan nya kalian satu agency ?”
“Kalau
Citra dan Natali beda ma. Kami emang satu agency, tapi Citra dan Natali itu
bagian modeling. Aku, Della sama Devi yang satu profesi, dance,” sahut Rani
yang hendak bergegas setelah berhasil menghabiskan nasi gorengnya hingga
piringnya bersih.
“Ma, Rani
pergi dulu ya, nanti keburu makin lebay macet nya. Oh ia ma, nanti Rani pulang
nya agak malam ya, soalnya Rani mau jalan dulu sama anak – anak selesai
latihan, ok mama cantik,” sambil merayu dan memberikan senyum terbaik nya yang
memang ampuh dan berhasil mengantongi izin keluar bahkan mendapatkan tambahan
uang saku. Setelah pamit, Rani melenggang pergi dengan gayanya yang centil.
“Mana
lagi ini anak ? lama banget keluarnya, kebiasaan!” gerutu Rani yang memang
sudah dari tadi menunggu Kristi didepan gerbang rumahnya.
Kristi
adalah salah satu sahabat Rani sejak SMA. Segala hal tentang Rani, Kristi tau,
begitupun sebaliknya. Namun berbeda dengan Rani, Kristi adalah gadis yang
rajin, cekatan, pintar, baik dan cantik. Kristi bukan tipe orang yang terlalu
bersemangat bahkan bisa dibilang pecicilan seperti Rani, namun sayang nya
Kristi orang yang sangat perfect bahkan disetiap kesempatan dia harus selalu
perfect, dan itu yang membuat sahabat – sahabat nya bosan setiap kali nungguin
Kristi bersiap - siap untuk pergi, bisa sampai berjam jam. Bahkan, Kristi
selalu membawa kaca, bedak dan lipstick kemanapun ia pergi, untung saja bukan
satu kotak alat make-up nya. Kristi anak yang paling pintar dan juga yang
paling centil diantara kelima gadis tersebut.
Karena
tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengisi kebosanan menunggu, Rani
mengambil gadget, lalu membuka salah
satu sosmed dan melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan olehnya. Ia berubah
menjadi seorang spy. Rani stalking
seorang pria, yang lebih tepat adalah mantan pacar Rani yang bernama Angga.
Angga dulu bersekolah di sekolah yang sama dengan Rani saat masih duduk
dibangku SMP. Angga adalah cinta pertama Rani yang berakhir tragis. Rani sangat
mencintai Angga dari dulu hingga sekarang. Perasaan nya yang besar yang membuat
Rani rela berkorban apapun demi Angga, bahkan sampai rela mengorbankan perasaan
nya demi kebahagiaan Angga bersama wanita lain yaitu Chatleen. Chatleen adalah
gadis yang di pacarin Angga saat mereka masih duduk dibangku SMP. Chatleen
tidak terlalu suka dengan hubungan pertemanan antara Rani dan Angga. Bahkan
Rani pernah dilabrak oleh Chatleen hanya karna seorang Angga, namun Rani tetap
diam dan tetap membela Angga. Rani rela melakukan nya karna perasaan nya yang
tulus yang selalu berharap akan kebahagiaan Angga, dengan ataupun tanpa Rani.
Sampai akhirnya Rani mendengar berita bahwa Angga dan Chatleen telah putus. Ia
mencoba untuk kembali dekat dengan Angga. Ia berharap Angga bisa menerima
dirinya secara utuh kali ini, atau jikapun tidak dapat bersatu, Ia ingin
menceritakan rahasia yang Ia pendam selama 8 tahun mengenai hubungan mereka.
Perjuangan dan ketulusan Rani, seakan tidak bersambut dengan takdir. Angga
malah menganggap Rani perempuan yang hanya mengincar harta nya. Bahkan setelah
semua perjuangan yang telah Rani lakukan tidak mampu mengubah pandangan Angga
terhadap dirinya. Tapi Ia tetap berusaha membuktikan semampu yang Ia bisa. Rani
memberanikan diri menemui Angga di Bogor, tempat Angga menempuh pendidikan nya,
hanya demi membuktikan perasaan nya. Namun semuanya tidak berjalan seperti yang
Rani harapkan. Seakan di permainkan oleh waktu, semua usaha Rani tidak
membuahkan hasil apapun.
“Wee buka
wee Ran, panas tau!” Teriak Kristi sambil menggedor – gedor kaca mobil Rani
yang membuat Rani seketika tersadar dari lamunan nya dan segera membuka pintu
mobil nya.
“Ngapain
aja sih, lama banget. Ngga tau apa gue hampir belumut dengan sempurna karena
kelamaan nungguin lo!” sahut Rani yang seketika membuat wajahnya berubah
menjadi murung, tidak seperti Rani yang selalu hyperaktif.
“Baru juga
sejam. Lagian gue itu harus perfect dulu baru go. Lo sendiri ngapain coba, mantengin
HP sampai mau copot itu mata. Emang ada apaan sih di HP lo ?” tanya kristi
sambil terus berkaca tanpa menoleh kearah Rani sedikit pun. Rani hanya geleng -
geleng kepala melihat tingkah sahabat nya itu dan tetap terus menyetir tanpa
memperdulikan pertanyaan sahabat nya satu itu.
“ihh di
tanya kok malah diem aja. Lo itu sebenarnya kenapa sih Ran ? Tadi ngomel,
sekarang malah diem kaya patung. Cerita sama gue kalau lagi ada masalah. Lagian
gue juga sedikit penasaran sama yang lo lihat dari tadi di HP lo,” sahut Kristi tersenyum sambil memalingkan pandangan nya
dari cermin dan menatap serius sahabatnya itu. Namun Rani tidak bergeming.
“Oh gue
tau! jangan bilang lo nge stalk cowok itu lagi ?” sambil memandang serius
kearah Rani dan menuggu respon dari sahabat nya yang sedari tadi diam mematung.
Rani hanya menghela nafas saja tanpa melepaskan pandangan kedepan, dan sudah
dapat di mengerti oleh Kristi apa arti respon tersebut.
“astaga
Ran, lo itu ngapain sih masih nge stalk cowo ngga jelas satu itu. Di luar sana
masih banyak yang mau bahkan ngantri. Lo malah ngarepin cowo yang… yang bahkan
ngga ngehargain perasaan dan perjuangan lo, Ran. Dia malah seenaknya aja main
nge judge lo cewe ini cewe itu, emang dia fikir dia udah ganteng apa?”
“Tapi kan
dia emang ganteng Kris,” sambil menoleh ke aras Kristi yang membuat Ia seketika
terdiam karna ingat akan pernyataan nya yang bilang kalau “Angga itu ganteng”
dan di akui oleh semua sahabatnya tanpa terkecuali.
“Ia emang
Angga itu ganteng, ok gue akuin, Fine! Tapi buat apa ganteng kalau sikapnya ga
baik ? Ra, lo itu baik, cantik, jago dance, ya walaupun sedikit lelet, tapi ya
ngga masalah dan gue yakin diluar sana masih banyak yang mau sama lo. Lo harus
bisa ngelepasin semua masa lalu lo tentang Dia! Udah cukup 8 tahun lo mendam semua ini. Lo harus buka hati, belajar
melepaskan dan menerima semua nya. Walau sakit, tapi ini kenyataan yang harus
lo jalanin Ra.”
Kristi menatap sedih kearah sahabat
nya yang selalu hidup dalam bayang masa lalunya. Bagi sahabat nya, Rani
hanyalah seonggok daging yang bernafas, berjalan, namun tidak memiliki jiwa.
Jiwa Rani hilang bersama masa lalu nya, dan itu yang membuat semua sahabat nya
bersedih setiap kali melihat nya. Karena seberapa keras pun Rani berusaha
terlihat baik – baik saja, mereka tau bahwa sebenarnya didalam dirinya, Ia
hancur tak berbentuk. Namun kalimat tersebut berhasil menyentuh hati kecil nya
dan membuat Rani bertekat untuk membuang semua perasaan yang Ia simpan selama
delapan tahun. Ia merasa ini sudah saat nya.
“Kristi
sayang, gue itu udah move on dari Angga, sudah lama. Buktinya, lo ngga
menemukan berita tentang seorang gadis yang gagal move on gantung diri di monas
kan? Itu berati gue baik – baik aja!” sahut Rani sambil tertawa kecil yang
berusaha untuk mencairkan.
“Ihh
jangan bercanda Ran, gue itu serius! Ya terserah sih, pokok nya gue ngga mau
dengar dan lihat lo masih galau gara – gara tuh cowo satu, ngerti !” sahut
Kristi yang langsung menyudahi pembicaraan.
Rani
hanya tersenyum mendengar semua ucapan Kristi. Ia sangat faham apa yang semua
sahabat nya inginkan dari dirinya. Mereka hanya ingin agar Ia bahagia dalam
hidup nya, menutup masa lalu dan membuka masa depan. Namun kali ini semua
celotehan Kristi tidak sia – sia. Semua celotehan panjang lebar nya dapat
menembus kerasnya hati Rani karna rasa sakit masa lalunya. Rani semakin yakin
untuk membuka hatinya dan melepaskan semua masa lalunya pergi, apalagi Ia tau
bahwa Ia tidak menjalani semua ini sendiri. Ia masih memiliki sahabat yang
selalu ada untuk nya.
Rani
yang sedari tadi asik dengan kegalauan nya, dan Kristi yang sedari tadi asik
dengan petuah nya, seketika terkejut ketika melihat ke arah jam yang sudah
menunjukkan tepat pukul 12.00 siang. Tanpa berfikir panjang, Rani segera tancap
gas.
Jazz
berwarna biru muda memasuki gerbang kampus tepat pukul 12.30 saat sebentar lagi
kelas akan di mulai. Mobil Rani mengitari seluruh tempat parkir, tapi tidak ada
satupun tempat yang kosong, semunya full.
Rani terus berkeliling mencari tempat parkir sambil sesekali menoleh kearah jam
di mobilnya. Akhirnya, mereka menemukan tempat parkir, walaupun tempat parkir
tersebut lumayan jauh dari fakultas mereka.
“Akhirnya
dapat juga tempat parkir! Ngga papa jauh, sekali – sekali olahraga dulu sebelum
masuk kelas” sorak Rani kegirangan sambil mengambil ancang – ancang untuk
memarkirkan mobilnya.
“Ia sekali
sih sekali, tapi kan nanti jadi bau keringat! Besok gue bikin spanduk yang
besar di parkiran depan fakultas kita. Terus di spanduk itu gue tulis nama lo
biar ngga ada yang parkir ditempat itu. Jadi kan kita bisa dapat tempat parkir
dengan mudah. Memang otak gue encer banget jadi semua ide yang terlahir pasti
cemerlang!” sahut Kristi dengan gaya centil nya sambil terus mengomel yang
membuat Rani hanya bisa tersenyum melihat keluarbiasaan sahabat nya satu itu.
Memang pintar, tapi terlalu pintar kalau sampai dia merealisasikan wacana nya
barusan. Mereka bisa kena labrak sama anak satu kampus.
Rani dan Kristi bergegas menuju ruang kelas sebelum mereka terlambat dan
kena petuah dari dosen lagi.
“Ma, Rani
pulang!” teriak Rani yang seketika memecah keheningan di dalam rumah, namun
tidak ada respon dari orang yang dituju.
“Ibu lagi
pergi kerumah teman nya non.”sahut bi Inah.
“Oh, ok
deh bi. Rani naik dulu ya, mau mandi. Bibi nanti jangan kemalaman tidurnya
yaa,”sahut Rani sambil berlari kecil keatas menuju kamarnya.
Setibanya di kamar, Ia segera
bersiap – siap untuk mandi. Sebelum mandi, seperti biasa, Rani selalu memutar
music karena Ia tidak suka dengan suasana sepi. Suara musik yang keras dan Rani
yang bernyanyi mengikuti alunan lagu membuat nya tidak mendengar panggilan
berkali – kali dari Devi. Usai mandi dan berpakaian, Rani melihat gadget nya dan terdapat 10 panggilan
tidak terjawab dari Devi. Rani segera menghubungin Devi sebelum sahabatnya satu
itu marah.
“Hai vi,
ada apa? Udah sampai rumah? Maaf ya gue baru selesai mandi” tanya Rani sambil
menyisir rambut panjang nya di depan kaca meja rias milik nya.
“Kebiasaan
deh, lamaa! Gue udah sampai di rumah dari tadi.”Sahut Devi.
“Ia deh
sorry. Lagian biasa nya juga nelpon Ray yang tercinta,” tanya Rani sambil bergegas meninggalkan meja rias menuju
tempat tidur.
"Buat
apa di telp, dia lagi disamping gue. Lebih baik lo sekarang keluar, bukain
pintu buat kita semua. Mau lo suruh berapa lama lagi kami nunggu di luar
?"
"Di luar
mana Vi?" tanya Rani bergegas menuju balkon kamar nya. "Kalian malam
- malam kesini ngapain ?"
"Kami
kangen sama lo, jadi malam ini mau ngabisin waktu sama lo,” sahut Devi
“Trus itu cowo – cowo juga kangen sama gue ? kenapa
mereka juga kesini ?” tanya Rani
“Ohh kalau mereka kesini special buat nemenin kami.
Masa cewe cantik seperti kami dibiarin pulang malam sendirian,” sahut Devi
narsis
“Ewww banget gue dengar nya,”
“Bukain ihh Ran, pegal kaki kami. Lagian ada hal
penting yang harus kita bahas,”
“Oh kalian mau masuk, gue fikir lo betah berdiri disana
seharian,” sahut Rani tertawa
“Gila lo! Cepat ihh buka,” sahut Devi
“Ok gue turun sekarang,” sahut Rani mematikan telp
sambil berlari kecil kebawah untuk membuka pintu bagi para tamu yang tidak
diundang.
"Thanks,"
sahut Kristi setelah Rani membukakan pintu.
"Langsung
naik aja guys ke kamar gue," ajak Rani
"Oh
ia, mama lo ngga ada Ran ? sepi "
tanya Citra.
"Ia, mama lagi kerumah teman nya. Oh ia,
kalian mau ngomong apa tadi ? Katanya ada yang mau diomongin," sahut Rani
sambil bergegas menuju ke kamarnya
"Ran,
sebelum kami ngomong, btw kami kehausan," sahut Kristi dengan manja nya
yang sedari tadi bermanja - manja sama Rangga, kekasihnya.
"Ow
ok, gue bikinin minum dulu buat
kalian," sahut Rani sambil bergegas ke dapur. "Ow man!" geurutu Rani saat melihat
semua minuman dikulkas lenyap tak terdeteksi.
"Semua
minuman berasa habis, kalau mau masih ada
air mineral kok," sahut Rani
tiba – tiba sekembalinya dari dapur.
"Ra,
masa kami lo kasih air mineral? Hidup kurang berasa bro!" sahut Ray
"Ok
Fine! gue pergi beli dulu, lo semua tunggu disini jangan kemana - mana,"
sahut Rani sambil melangkah pergi.
“Non, mau
kemana ?” panggil Bibi
“Mau
keluar sebentar Bi, mau beli minuman,” sahut Rani sambil melangkah meninggalkan
Bibi. Malam itu Rani memilih berjalan kaki menyusuri gelapnya malam.
Seusai berbelanja dan hendak pulang,
tiba - tiba saja fikiran Rani membayangkan sosok Clara berdiri tepat di hadapan
nya. Ia melihat betapa bahagia dirinya bersama dengan orang yang sangat Ia
sayangi. Kini fikiran nya membayangan kejadian sebelum kecelakaan yang menimpa
Clara itu terjadi. Disana Ia melihat dirinya sedang duduk di sebuah Cafe
menunggu kedatangan Clara dan Bagas. Clara dan Bagas adalah sepasang kekasih
yang berencana berlibur keluar negeri yang hendak berangkat saat itu juga.
Namun Rani memaksa untuk bertemu dengan mereka sebelum mereka pergi karena ada
sesuatu yang ingin di berikan nya. Rani tidak sabar menanti kedatangan mereka.
Senyum bahagia terlukis jelas di pipi Rani saat melihat mobil Bagas dan Clara
dari kejauhan. Namun seketika senyum itu lenyap saat melihat mobil yang membawa
Clara dan Bagas di tabrak oleh sebuah Trus hingga mobil Clara dan Bagas hancur.
Kini fikiran nya memberikan bayangan Angga berdiri di hadapan nya. Bayangan
pria yang Ia cintai selama delapan tahun. Rani mempercepat langkah nya untuk
mengejar bayangan Angga, dan tanpa di sadari, “ADUHHH!” Rani terjatuh karena
tidak melihat ada batu besar yang menghalangi jalan nya. Pergelangan Kaki Rani
yang terkilir dan lututnya berdarah karena mencium aspal dan membuat nya susah
berjalan. Ia hendak menelepon ke rumah untuk menjemputnya karena Ia tidak kuat
berjalan namun HP nya tertinggal. “BAGUS! GREAT!
TODAY IS THE PERFECT DAY!”gerutu Rani sambil berusaha berdiri dan berjalan
perlahan. Rani tidak kuat menahan sakitnya dan terduduk di tengah jalanan yang
sepi sambil menunggu kaki nya sedikit membaik. Saat Rani sedang memperhatikan
kakinya, tiba – tiba sebuah mobil melaju kencang kearah Rani dan sontak membuat
Rani menjerit “AAAAAHHHHHHH!!!!!!” Range Rover
berwarna hitam itu berhenti tepat di depan wajah Rani.
“Lo ngga papa ?” tanya Pria tersebut
“Ngga, gue ngga papa kok,” sahut Rani yang berusaha
berdiri
“Kaki lo luka ? atau mau gue bawa ke rumah sakit ?”
tanya Pria itu khawatir.
“Ngga, ngga papa kok. Ini juga luka bukan karena lo,
ini luka karena kesalahan gue, jadi santai aja,” sahut Rani.
Pria
tersebut segera masuk kemobil dan mengambil secarik kertas serta pena.
“Ini no gue, kalau ada apa – apa lo bisa hubungin
nomor ini, nama gue Dave,” sahut Dave sambil memberikan secarik kertas dan
mengulurkan tangan nya.
“Nama gue Rani,” sahut Rani sambil berjabat tangan
dengan pria tersebut.
“Kalau lo ngga mau kerumah sakit, gue antar pulang ya.
Anggap aja ucapan maaf gue karena udah hanpir nabrak lo tadi,” tanya Dave
“Ok kalau begitu,” sahut Rani sambil berusaha berjalan
menuju mobil.
Lamborghini
Veneno hitam segera meluncur ditengah keheningan malam. Setibanya di depan
rumah, Rani segera keluar dari dalam mobil tapi kakinya terlalu sakit untuk
berjalan sampai kerumah. Dave yang melihat hal itu dari dalam mobil, langsung
turun dan menggendong Rani. Sontak saja Rani terkejut dan meronta minta turun.
“Apa yang lo lakuin ?” tanya Rani sambil berusaha
turun
“Gue ngga mau macam – macam jadi lo tenang aja. Gue cuma
mau nganterin lo sampai kedepan pintu rumah,” sahut Dave sambil terus berjalan.
Tanpa disadari, bibir Rani mulai tersenyum kecil. Setibanya di depan rumah,
Dave bergegas pergi meninggalkan Rani yang mulai salah tingkah. Rani segera
masuk kedalam rumah dan langsung menceritakan kejadian tersebut pada teman –
teman nya.
“Lo baru juga kenal sama itu cowo, masa udah langsung
naksir ?” tanya Kristi sambil membersihkan luka dikaki Rani.
“Ihh gue ngga naksir Kris, gue cuma bilang kalau cowo
nya baik. Ganteng sih, cool, tapi ya hanya sebatas itu aja,” sahut Rani
“Tetap aja, lo belum tau keseluruhan tentang dia.
Mending lo ngga usah mikirin dia, mending lo mikirin orang yang mau kami
kenalin ke elo,” sahut Della
“Kenalin ke gue ? siapa ? lo fikir ini acara cari jodoh
apa ? ngga, gue ngga mau,” bantah Rani
“Udah deh tenang aja. Pilihan kami itu dijamin 100
persen akurat, terjamin, dan terpercaya,” sahut Natali sambil tersenyum
“Akurat apaan ? terpercaya ? terjamin ? lo fikir ini
assuransi ? ngga ahh gue ngga mau,” bantah Rani
“Udahh deh diem! Lo mau gue tekan keras – keras luka
dikaki lo ini ?” ancam Kristi yang membuat Rani seketika tidak berkutik. Tiba –
tiba suara bel berbunyi dan menarik perhatian semua orang dikamar itu kecuali
Rani.
“Gue kebawah dulu ya, mau bukain pintu,” sahut Natali
kegirangan yang membuat Rani semakin bingung.
“Ada apa dengan itu anak satu ? Tumben mau bukain
pintu, biasanya paling susah disuruh turun,” celoteh Rani. Kristi yang
mendengar celotehan nya hanya tersenyum.
“Udah selesai, kaki lo udah beres. Jangan banyak gerak
dulu ya,” sahut Kristi sambil menurunkan kaki Rani dari pangkuan nya.
“Guys, tamu nya disini!” teriak Natali sambil membuka
pintu dan mempersilahkan tamu yang ditunggu – tunggu untuk masuk. Dan tamu
tersebut adalah “DAVE”.
“Dave?” tanya Rani kaget.
“Hai Ran,” sahut Dave.
“Ngapain disini?” tanya Rani penasaran.
“Kalian saling kenal ?” tanya Ray.
“Dave ini cowo yang tadi gue ceritain, cowo yang tadi
nolongin gue,” sahut Rani tak percaya
“Dave ini jugalah tamu yang kami tungguin dari tadi.
Rencana nya tadi kami mau kenalin Dave ke elo, tapi karna kalian sudah saling
kenal, bagus deh,” sahut Devi tersenyum.
“Kalian kenal Dave dari mana ?” tanya Rani.
“Dave adalah sahabat dari para cowo – cowo kami.
Mereka bersahabat sejah kecil, namun Dave harus ikut orang tuanya pindah ke US
saat mereka masih smp. Dan sekarang, dia sudah kembali ke Indonesia. Tidak
hanya kembali ke Indonesia, tapi dia juga akan berkuliah di kampus yang sama
dengan kita semua!” seru Citra
“Ohh gitu.. Welcome
back, Dave,” sahut Rani sambil tersenyum menatap Dave. Untuk sesaat mereka
saling melempar senyum dengan tatapan penuh arti.
"Ok, enough tatap – tatapan nya. Sekarang, kita kan
sebentar lagi UAS, liburan 2 bulan cuma dipakai dirumah aja bosan maksimal.. Jadi
kami merencanakan untuk liburan di alam bebas," sahut Devi
"Alam
bebas maksudnya ?"
"Ia
Ra, jadi kita liburan ngga cuma ngabisin waktu marathonin Mall seharian, tapi
kita pindah lokasi maratohn nya, jadi di alam. Kita hiking, climbing, pokok nya
melakukan semua hal yang belum pernah kita lakukan. gimana ?" seru Della.
Semua hanya terdiam menunggu respon dari Rani dari Dave.
"Ok,
kalau itu rencana nya, GUA SETUJU!!!! BIG DEALS!!" teriak Rani yang
membuat seketika kamar itu menjadi sumber kebisingan dirumah.
"Ok,
gua juga setuju!!" sahut Dave yang semakin memecah keadaan.
"Ok,
semuanya bersiap siap ya, sampai ketemu satu munggu lagi." sahut Indra
yang segera bersiap - siap hendak pulang, Rani mengantar mereka sampai di depan
pintu rumahnya.
“BYE GUYS!” teriak Rani dari depan pintu rumah sambil
melambaikan tangan.
“Bye Ran! Sampai ketemu minggu depan!” teriak Dave
sebelum masuk mobil sambil melambaikan tangan nya. Rani yang mendengar hal itu
hanya tersenyum begitu juga dengan sahabat – sahabat mereka. Mereka berharap
ini adalah awal yang baik bagi Dave dan juga Rani. Selain itu, Rani juga merasa
Dave adalah seorang pria yang baik dan mungkin sudah saatnya baginya untuk
melupakan masa lalu nya tentang Angga. Dalam diam Ia berharap, liburan kali ini
bisa merubah total dirinya dan Ia bisa merasakan perasaan seperti dulu. Ia
ingin kembali merasakan cinta. Mungkin tidak dengan seseorang yang kehadiran
nya selalu kita nantikan, namun bersama
seseorang yang tidak akan membiarkan kita menunggu kehadiran nya.
TO BE CONTINUED