Jumat, 17 Maret 2017

First




Tirai dan jendela kamar Rani pagi itu masih tertutup rapat. Udara panas dan matahari yang mengawali pagi itu tidak mengusik tidur Rani sedikit pun. Suara alarm yang sedari tadi berbunyi, tidak mampu membangunkan gadis yang menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta yang mengambil jurusan ekonomi managament ini. Sudah menjadi suatu hal yang biasa jika Rani selalu terlambat bangun, karena di malam hari Ia selalu diganggu mimpi buruk. Ia selalu memimpikan kecelakaan yang merenggut nyawa Clara dan Bagas. Ia juga memimpikan saat dimana Ia harus merelakan kepergiaan Angga, dan kejadian - kejadian itu yang selalu mengusik tidur nya. Bahkan terkadang Ia merasa takut untuk memejamkan mata karena tidak ingin membayangkan kejadian itu lagi.
            Dengan perlahan, Bi Inah masuk ke kamar Rani untuk membangunkan nya.
“Non, bangun non!” teriak bi Inah sambil membuka tirai dan jendela yang seketika membuat kamar itu dipenuhi cahaya panas dari sinar matahari.
“Non, ayo bangun buruan sudah pagi, nanti bisa di marahin ibu kalau non telat lagi ngampusnya, ntar uang jajan nya di potong loh, cepet non!!” sambil berusaha menarik Rani.
“Ia bik, ini juga udah bangun, tapi matanya ga mau kebuka, ntar lagi ya. Semenit aja” sambil tersenyum dan mengangkat satu jari nya, ia kembali memeluk erat boneka kesayangan teman tidurnya, winni the pooh, yang biasa Ia panggil Deara.
“Non ayo bangun, sekarang udah jam tujuh!”, dan kali ini usaha bi Inah membangunkan Rani berhasil. Dengan tubuh yang masih berlapis selimut dengan mata terpejam, Rani berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
Sambil bernyanyi diiringi musik yang mengalun dengan volume yang memekakkan telinga, Rani bersiap - siap untuk kekampus dengan santainya tanpa memperhatikan jam yang terus bergerak yang sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Sedari tadi, Ia berdiri di depan cermin dan terus memperbaiki rambut hitam panjang nya yang lebat yang memang sengaja di gerai yang membuat ia terlihat perfect. Rani memiliki wajah yang mungil, dengan tinggi tubuh yang tidak terlalu tinggi yang membuat nya terlihat imut. Rani bukan lah perempuan yang doyan mengitari Mall, Ia lebih suka dengan sesuatu hal yang bebas, yupp mengitari alam bebas.
“Ok saatnya bilang, sempurna,” sambil tersenyum centil didepan cermin. Rani memandangi pantulan dirinya didepan cermin dan memuji penampilan nya sendiri sambil tersenyum malu.
“Rani, ayo turun sudah jam berapa ini? Kamu kan harus sarapan dulu sebelum berangkat!”, panggil mama, yang memang sedari tadi sudah menunggu Rani yang serba lama dalam segala hal dan membuat Rani seketika sadar dan segera melirik jam tangan nya.
“Ia ma, Rani turun sekarang!” teriak Rani. “Kak Clara, Kak Bagas, Rani pergi dulu ya, doain Rani,” sambil memandang foto Clara, kakak nya Rani, yang sudah meninggal bersama Bagas kekasih Clara dalam suatu kecelakaan mobil. Rani hanya tersenyum pedih menatap wajah dua orang yang paling Ia sayangi. Jelas sekali masih tersimpan rapi penyesalan mendalam yang tidak dapat hilang dibenak Rani, meski kepergian Clara dan Bagas sudah hampir delapan tahun. Rani segera meletak kan kembali foto tersebut dan segera menyiapkan buku dan berlari kebawah sebelum mama nya kesal dan timbul berbagai macam potongan harga, dari potongan uang saku bahkan sampai potongan uang bensin.
Sesampainya dimeja makan Rani segera bergegas menghabiskan sarapan nya, karna jika Ia sampai terlambat lagi ke kampus kali ini, Ia akan dikenakan hukuman berlapis oleh sang hakim.
“Sayang, pelan – pelan makan nya, jangan buru – buru nanti kamu kesedak. Bukan nya kelas kamu dimulai masih lama?” sambil memperhatikan Rani yang menghabiskan nasi goreng dipiringnya dengan lahap entah karna lapar atau menghindari sesuatu hal.
“Ia ma masih lama, tapi Rani mau jemput Kristi dulu sebelum ke kampus, soalnya kan kami sekelas mata kuliah yang jam satu,”sambil tetap terus melahap nasi goreng nya dan sesekali menoleh ke arah mama nya yang memang sedari tadi memperhatikan nya sambil tersenyum.
“Oh ia ma, papa mana?”
“Papa kamu dari subuh sudah berangkat ke kebandara. Kan hari ini papa pergi ada urusan bisnis. Makanya kalau tau mau pergi ketempat lain dulu sebelum ke kampus, bangun itu cepat, mandi juga cepat biar kamu ngga buru – buru perginya. Ya, smoga aja di jalan nanti ngga macet,”sahut mama yang berusaha menyindir Rani.
“Ia ma, nanti next time Rani pasti bangun cepat,” sahut Rani yang hanya mampu tertunduk malu.
“Oh ia, kamu hari ini latihan?”
“Ia ma, Rani latihan hari ini sama Devi sama Della juga,” jawab Rani.
“Loh, kok Citra sama Natali ngga latihan? Bukan nya kalian satu agency ?”
“Kalau Citra dan Natali beda ma. Kami emang satu agency, tapi Citra dan Natali itu bagian modeling. Aku, Della sama Devi yang satu profesi, dance,” sahut Rani yang hendak bergegas setelah berhasil menghabiskan nasi gorengnya hingga piringnya bersih.
“Ma, Rani pergi dulu ya, nanti keburu makin lebay macet nya. Oh ia ma, nanti Rani pulang nya agak malam ya, soalnya Rani mau jalan dulu sama anak – anak selesai latihan, ok mama cantik,” sambil merayu dan memberikan senyum terbaik nya yang memang ampuh dan berhasil mengantongi izin keluar bahkan mendapatkan tambahan uang saku. Setelah pamit, Rani melenggang pergi dengan gayanya yang centil.
“Mana lagi ini anak ? lama banget keluarnya, kebiasaan!” gerutu Rani yang memang sudah dari tadi menunggu Kristi didepan gerbang rumahnya.
Kristi adalah salah satu sahabat Rani sejak SMA. Segala hal tentang Rani, Kristi tau, begitupun sebaliknya. Namun berbeda dengan Rani, Kristi adalah gadis yang rajin, cekatan, pintar, baik dan cantik. Kristi bukan tipe orang yang terlalu bersemangat bahkan bisa dibilang pecicilan seperti Rani, namun sayang nya Kristi orang yang sangat perfect bahkan disetiap kesempatan dia harus selalu perfect, dan itu yang membuat sahabat – sahabat nya bosan setiap kali nungguin Kristi bersiap - siap untuk pergi, bisa sampai berjam jam. Bahkan, Kristi selalu membawa kaca, bedak dan lipstick kemanapun ia pergi, untung saja bukan satu kotak alat make-up nya. Kristi anak yang paling pintar dan juga yang paling centil diantara kelima gadis tersebut.
Karena tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengisi kebosanan menunggu, Rani mengambil gadget, lalu membuka salah satu sosmed dan melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan olehnya. Ia berubah menjadi seorang spy. Rani stalking seorang pria, yang lebih tepat adalah mantan pacar Rani yang bernama Angga. Angga dulu bersekolah di sekolah yang sama dengan Rani saat masih duduk dibangku SMP. Angga adalah cinta pertama Rani yang berakhir tragis. Rani sangat mencintai Angga dari dulu hingga sekarang. Perasaan nya yang besar yang membuat Rani rela berkorban apapun demi Angga, bahkan sampai rela mengorbankan perasaan nya demi kebahagiaan Angga bersama wanita lain yaitu Chatleen. Chatleen adalah gadis yang di pacarin Angga saat mereka masih duduk dibangku SMP. Chatleen tidak terlalu suka dengan hubungan pertemanan antara Rani dan Angga. Bahkan Rani pernah dilabrak oleh Chatleen hanya karna seorang Angga, namun Rani tetap diam dan tetap membela Angga. Rani rela melakukan nya karna perasaan nya yang tulus yang selalu berharap akan kebahagiaan Angga, dengan ataupun tanpa Rani. Sampai akhirnya Rani mendengar berita bahwa Angga dan Chatleen telah putus. Ia mencoba untuk kembali dekat dengan Angga. Ia berharap Angga bisa menerima dirinya secara utuh kali ini, atau jikapun tidak dapat bersatu, Ia ingin menceritakan rahasia yang Ia pendam selama 8 tahun mengenai hubungan mereka. Perjuangan dan ketulusan Rani, seakan tidak bersambut dengan takdir. Angga malah menganggap Rani perempuan yang hanya mengincar harta nya. Bahkan setelah semua perjuangan yang telah Rani lakukan tidak mampu mengubah pandangan Angga terhadap dirinya. Tapi Ia tetap berusaha membuktikan semampu yang Ia bisa. Rani memberanikan diri menemui Angga di Bogor, tempat Angga menempuh pendidikan nya, hanya demi membuktikan perasaan nya. Namun semuanya tidak berjalan seperti yang Rani harapkan. Seakan di permainkan oleh waktu, semua usaha Rani tidak membuahkan hasil apapun.
“Wee buka wee Ran, panas tau!” Teriak Kristi sambil menggedor – gedor kaca mobil Rani yang membuat Rani seketika tersadar dari lamunan nya dan segera membuka pintu mobil nya.
“Ngapain aja sih, lama banget. Ngga tau apa gue hampir belumut dengan sempurna karena kelamaan nungguin lo!” sahut Rani yang seketika membuat wajahnya berubah menjadi murung, tidak seperti Rani yang selalu hyperaktif.
“Baru juga sejam. Lagian gue itu harus perfect dulu baru go. Lo sendiri ngapain coba, mantengin HP sampai mau copot itu mata. Emang ada apaan sih di HP lo ?” tanya kristi sambil terus berkaca tanpa menoleh kearah Rani sedikit pun. Rani hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah sahabat nya itu dan tetap terus menyetir tanpa memperdulikan pertanyaan sahabat nya satu itu.
“ihh di tanya kok malah diem aja. Lo itu sebenarnya kenapa sih Ran ? Tadi ngomel, sekarang malah diem kaya patung. Cerita sama gue kalau lagi ada masalah. Lagian gue juga sedikit penasaran sama yang lo lihat dari tadi di HP lo,” sahut Kristi tersenyum sambil memalingkan pandangan nya dari cermin dan menatap serius sahabatnya itu. Namun Rani tidak bergeming.
“Oh gue tau! jangan bilang lo nge stalk cowok itu lagi ?” sambil memandang serius kearah Rani dan menuggu respon dari sahabat nya yang sedari tadi diam mematung. Rani hanya menghela nafas saja tanpa melepaskan pandangan kedepan, dan sudah dapat di mengerti oleh Kristi apa arti respon tersebut.
“astaga Ran, lo itu ngapain sih masih nge stalk cowo ngga jelas satu itu. Di luar sana masih banyak yang mau bahkan ngantri. Lo malah ngarepin cowo yang… yang bahkan ngga ngehargain perasaan dan perjuangan lo, Ran. Dia malah seenaknya aja main nge judge lo cewe ini cewe itu, emang dia fikir dia udah ganteng apa?”
“Tapi kan dia emang ganteng Kris,” sambil menoleh ke aras Kristi yang membuat Ia seketika terdiam karna ingat akan pernyataan nya yang bilang kalau “Angga itu ganteng” dan di akui oleh semua sahabatnya tanpa terkecuali.
“Ia emang Angga itu ganteng, ok gue akuin, Fine! Tapi buat apa ganteng kalau sikapnya ga baik ? Ra, lo itu baik, cantik, jago dance, ya walaupun sedikit lelet, tapi ya ngga masalah dan gue yakin diluar sana masih banyak yang mau sama lo. Lo harus bisa ngelepasin semua masa lalu lo tentang Dia! Udah cukup 8 tahun lo  mendam semua ini. Lo harus buka hati, belajar melepaskan dan menerima semua nya. Walau sakit, tapi ini kenyataan yang harus lo jalanin Ra.”
            Kristi menatap sedih kearah sahabat nya yang selalu hidup dalam bayang masa lalunya. Bagi sahabat nya, Rani hanyalah seonggok daging yang bernafas, berjalan, namun tidak memiliki jiwa. Jiwa Rani hilang bersama masa lalu nya, dan itu yang membuat semua sahabat nya bersedih setiap kali melihat nya. Karena seberapa keras pun Rani berusaha terlihat baik – baik saja, mereka tau bahwa sebenarnya didalam dirinya, Ia hancur tak berbentuk. Namun kalimat tersebut berhasil menyentuh hati kecil nya dan membuat Rani bertekat untuk membuang semua perasaan yang Ia simpan selama delapan tahun. Ia merasa ini sudah saat nya.
“Kristi sayang, gue itu udah move on dari Angga, sudah lama. Buktinya, lo ngga menemukan berita tentang seorang gadis yang gagal move on gantung diri di monas kan? Itu berati gue baik – baik aja!” sahut Rani sambil tertawa kecil yang berusaha untuk mencairkan.
“Ihh jangan bercanda Ran, gue itu serius! Ya terserah sih, pokok nya gue ngga mau dengar dan lihat lo masih galau gara – gara tuh cowo satu, ngerti !” sahut Kristi yang langsung menyudahi pembicaraan.
Rani hanya tersenyum mendengar semua ucapan Kristi. Ia sangat faham apa yang semua sahabat nya inginkan dari dirinya. Mereka hanya ingin agar Ia bahagia dalam hidup nya, menutup masa lalu dan membuka masa depan. Namun kali ini semua celotehan Kristi tidak sia – sia. Semua celotehan panjang lebar nya dapat menembus kerasnya hati Rani karna rasa sakit masa lalunya. Rani semakin yakin untuk membuka hatinya dan melepaskan semua masa lalunya pergi, apalagi Ia tau bahwa Ia tidak menjalani semua ini sendiri. Ia masih memiliki sahabat yang selalu ada untuk nya.
Rani yang sedari tadi asik dengan kegalauan nya, dan Kristi yang sedari tadi asik dengan petuah nya, seketika terkejut ketika melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan tepat pukul 12.00 siang. Tanpa berfikir panjang, Rani segera tancap gas.
Jazz berwarna biru muda memasuki gerbang kampus tepat pukul 12.30 saat sebentar lagi kelas akan di mulai. Mobil Rani mengitari seluruh tempat parkir, tapi tidak ada satupun tempat yang kosong, semunya full. Rani terus berkeliling mencari tempat parkir sambil sesekali menoleh kearah jam di mobilnya. Akhirnya, mereka menemukan tempat parkir, walaupun tempat parkir tersebut lumayan jauh dari fakultas mereka.
“Akhirnya dapat juga tempat parkir! Ngga papa jauh, sekali – sekali olahraga dulu sebelum masuk kelas” sorak Rani kegirangan sambil mengambil ancang – ancang untuk memarkirkan mobilnya.
“Ia sekali sih sekali, tapi kan nanti jadi bau keringat! Besok gue bikin spanduk yang besar di parkiran depan fakultas kita. Terus di spanduk itu gue tulis nama lo biar ngga ada yang parkir ditempat itu. Jadi kan kita bisa dapat tempat parkir dengan mudah. Memang otak gue encer banget jadi semua ide yang terlahir pasti cemerlang!” sahut Kristi dengan gaya centil nya sambil terus mengomel yang membuat Rani hanya bisa tersenyum melihat keluarbiasaan sahabat nya satu itu. Memang pintar, tapi terlalu pintar kalau sampai dia merealisasikan wacana nya barusan. Mereka bisa kena labrak sama anak satu kampus.
            Rani dan Kristi bergegas menuju ruang kelas sebelum mereka terlambat dan kena petuah dari dosen lagi.
“Ma, Rani pulang!” teriak Rani yang seketika memecah keheningan di dalam rumah, namun tidak ada respon dari orang yang dituju.
“Ibu lagi pergi kerumah teman nya non.”sahut bi Inah.
“Oh, ok deh bi. Rani naik dulu ya, mau mandi. Bibi nanti jangan kemalaman tidurnya yaa,”sahut Rani sambil berlari kecil keatas menuju kamarnya.
            Setibanya di kamar, Ia segera bersiap – siap untuk mandi. Sebelum mandi, seperti biasa, Rani selalu memutar music karena Ia tidak suka dengan suasana sepi. Suara musik yang keras dan Rani yang bernyanyi mengikuti alunan lagu membuat nya tidak mendengar panggilan berkali – kali dari Devi. Usai mandi dan berpakaian, Rani melihat gadget nya dan terdapat 10 panggilan tidak terjawab dari Devi. Rani segera menghubungin Devi sebelum sahabatnya satu itu marah.
“Hai vi, ada apa? Udah sampai rumah? Maaf ya gue baru selesai mandi” tanya Rani sambil menyisir rambut panjang nya di depan kaca meja rias milik nya.
“Kebiasaan deh, lamaa! Gue udah sampai di rumah dari tadi.”Sahut Devi.
“Ia deh sorry. Lagian biasa nya juga nelpon Ray yang tercinta,” tanya Rani sambil bergegas meninggalkan meja rias menuju tempat tidur.
"Buat apa di telp, dia lagi disamping gue. Lebih baik lo sekarang keluar, bukain pintu buat kita semua. Mau lo suruh berapa lama lagi kami nunggu di luar ?"
"Di luar mana Vi?" tanya Rani bergegas menuju balkon kamar nya. "Kalian malam - malam kesini ngapain ?"
"Kami kangen sama lo, jadi malam ini mau ngabisin waktu sama lo,” sahut Devi
“Trus itu cowo – cowo juga kangen sama gue ? kenapa mereka juga kesini ?” tanya Rani
“Ohh kalau mereka kesini special buat nemenin kami. Masa cewe cantik seperti kami dibiarin pulang malam sendirian,” sahut Devi narsis
“Ewww banget gue dengar nya,”
“Bukain ihh Ran, pegal kaki kami. Lagian ada hal penting yang harus kita bahas,”
“Oh kalian mau masuk, gue fikir lo betah berdiri disana seharian,” sahut Rani tertawa
“Gila lo! Cepat ihh buka,” sahut Devi
“Ok gue turun sekarang,” sahut Rani mematikan telp sambil berlari kecil kebawah untuk membuka pintu bagi para tamu yang tidak diundang.
           
"Thanks," sahut Kristi setelah Rani membukakan pintu.
"Langsung naik aja guys ke kamar gue," ajak Rani
"Oh ia, mama lo ngga ada Ran ? sepi " tanya Citra.
"Ia, mama lagi kerumah teman nya. Oh ia, kalian mau ngomong apa tadi ? Katanya ada yang mau diomongin," sahut Rani sambil bergegas menuju ke kamarnya
"Ran, sebelum kami ngomong, btw kami kehausan," sahut Kristi dengan manja nya yang sedari tadi bermanja - manja sama Rangga, kekasihnya.
"Ow ok, gue bikinin minum dulu buat kalian," sahut Rani sambil bergegas ke dapur. "Ow man!" geurutu Rani saat melihat semua minuman dikulkas lenyap tak terdeteksi.
"Semua minuman berasa habis, kalau mau masih ada air mineral kok," sahut Rani tiba – tiba sekembalinya dari dapur.
"Ra, masa kami lo kasih air mineral? Hidup kurang berasa bro!" sahut Ray
"Ok Fine! gue pergi beli dulu, lo semua tunggu disini jangan kemana - mana," sahut Rani sambil melangkah pergi.
“Non, mau kemana ?” panggil Bibi
“Mau keluar sebentar Bi, mau beli minuman,” sahut Rani sambil melangkah meninggalkan Bibi. Malam itu Rani memilih berjalan kaki menyusuri gelapnya malam.
            Seusai berbelanja dan hendak pulang, tiba - tiba saja fikiran Rani membayangkan sosok Clara berdiri tepat di hadapan nya. Ia melihat betapa bahagia dirinya bersama dengan orang yang sangat Ia sayangi. Kini fikiran nya membayangan kejadian sebelum kecelakaan yang menimpa Clara itu terjadi. Disana Ia melihat dirinya sedang duduk di sebuah Cafe menunggu kedatangan Clara dan Bagas. Clara dan Bagas adalah sepasang kekasih yang berencana berlibur keluar negeri yang hendak berangkat saat itu juga. Namun Rani memaksa untuk bertemu dengan mereka sebelum mereka pergi karena ada sesuatu yang ingin di berikan nya. Rani tidak sabar menanti kedatangan mereka. Senyum bahagia terlukis jelas di pipi Rani saat melihat mobil Bagas dan Clara dari kejauhan. Namun seketika senyum itu lenyap saat melihat mobil yang membawa Clara dan Bagas di tabrak oleh sebuah Trus hingga mobil Clara dan Bagas hancur. Kini fikiran nya memberikan bayangan Angga berdiri di hadapan nya. Bayangan pria yang Ia cintai selama delapan tahun. Rani mempercepat langkah nya untuk mengejar bayangan Angga, dan tanpa di sadari, “ADUHHH!” Rani terjatuh karena tidak melihat ada batu besar yang menghalangi jalan nya. Pergelangan Kaki Rani yang terkilir dan lututnya berdarah karena mencium aspal dan membuat nya susah berjalan. Ia hendak menelepon ke rumah untuk menjemputnya karena Ia tidak kuat berjalan namun HP nya tertinggal. “BAGUS! GREAT! TODAY IS THE PERFECT DAY!”gerutu Rani sambil berusaha berdiri dan berjalan perlahan. Rani tidak kuat menahan sakitnya dan terduduk di tengah jalanan yang sepi sambil menunggu kaki nya sedikit membaik. Saat Rani sedang memperhatikan kakinya, tiba – tiba sebuah mobil melaju kencang kearah Rani dan sontak membuat Rani menjerit “AAAAAHHHHHHH!!!!!!” Range Rover  berwarna hitam itu berhenti tepat di depan wajah Rani.
Lo ngga papa ?” tanya Pria tersebut
“Ngga, gue ngga papa kok,” sahut Rani yang berusaha berdiri
“Kaki lo luka ? atau mau gue bawa ke rumah sakit ?” tanya Pria itu khawatir.
“Ngga, ngga papa kok. Ini juga luka bukan karena lo, ini luka karena kesalahan gue, jadi santai aja,” sahut Rani.
            Pria tersebut segera masuk kemobil dan mengambil secarik kertas serta pena.
“Ini no gue, kalau ada apa – apa lo bisa hubungin nomor ini, nama gue Dave,” sahut Dave sambil memberikan secarik kertas dan mengulurkan tangan nya.
“Nama gue Rani,” sahut Rani sambil berjabat tangan dengan pria tersebut.
“Kalau lo ngga mau kerumah sakit, gue antar pulang ya. Anggap aja ucapan maaf gue karena udah hanpir nabrak lo tadi,” tanya Dave
“Ok kalau begitu,” sahut Rani sambil berusaha berjalan menuju mobil.
            Lamborghini Veneno hitam segera meluncur ditengah keheningan malam. Setibanya di depan rumah, Rani segera keluar dari dalam mobil tapi kakinya terlalu sakit untuk berjalan sampai kerumah. Dave yang melihat hal itu dari dalam mobil, langsung turun dan menggendong Rani. Sontak saja Rani terkejut dan meronta minta turun.
“Apa yang lo lakuin ?” tanya Rani sambil berusaha turun
“Gue ngga mau macam – macam jadi lo tenang aja. Gue cuma mau nganterin lo sampai kedepan pintu rumah,” sahut Dave sambil terus berjalan. Tanpa disadari, bibir Rani mulai tersenyum kecil. Setibanya di depan rumah, Dave bergegas pergi meninggalkan Rani yang mulai salah tingkah. Rani segera masuk kedalam rumah dan langsung menceritakan kejadian tersebut pada teman – teman nya.
“Lo baru juga kenal sama itu cowo, masa udah langsung naksir ?” tanya Kristi sambil membersihkan luka dikaki Rani.
“Ihh gue ngga naksir Kris, gue cuma bilang kalau cowo nya baik. Ganteng sih, cool, tapi ya hanya sebatas itu aja,” sahut Rani
“Tetap aja, lo belum tau keseluruhan tentang dia. Mending lo ngga usah mikirin dia, mending lo mikirin orang yang mau kami kenalin ke elo,” sahut Della
“Kenalin ke gue ? siapa ? lo fikir ini acara cari jodoh apa ? ngga, gue ngga mau,” bantah Rani
“Udah deh tenang aja. Pilihan kami itu dijamin 100 persen akurat, terjamin, dan terpercaya,” sahut Natali sambil tersenyum
“Akurat apaan ? terpercaya ? terjamin ? lo fikir ini assuransi ? ngga ahh gue ngga mau,” bantah Rani
“Udahh deh diem! Lo mau gue tekan keras – keras luka dikaki lo ini ?” ancam Kristi yang membuat Rani seketika tidak berkutik. Tiba – tiba suara bel berbunyi dan menarik perhatian semua orang dikamar itu kecuali Rani.
“Gue kebawah dulu ya, mau bukain pintu,” sahut Natali kegirangan yang membuat Rani semakin bingung.
“Ada apa dengan itu anak satu ? Tumben mau bukain pintu, biasanya paling susah disuruh turun,” celoteh Rani. Kristi yang mendengar celotehan nya hanya tersenyum.
“Udah selesai, kaki lo udah beres. Jangan banyak gerak dulu ya,” sahut Kristi sambil menurunkan kaki Rani dari pangkuan nya.
“Guys, tamu nya disini!” teriak Natali sambil membuka pintu dan mempersilahkan tamu yang ditunggu – tunggu untuk masuk. Dan tamu tersebut adalah “DAVE”.
“Dave?” tanya Rani kaget.
“Hai Ran,” sahut Dave.
“Ngapain disini?” tanya Rani penasaran.
“Kalian saling kenal ?” tanya Ray.
“Dave ini cowo yang tadi gue ceritain, cowo yang tadi nolongin gue,” sahut Rani tak percaya
“Dave ini jugalah tamu yang kami tungguin dari tadi. Rencana nya tadi kami mau kenalin Dave ke elo, tapi karna kalian sudah saling kenal, bagus deh,” sahut Devi tersenyum.
“Kalian kenal Dave dari mana ?” tanya Rani.
“Dave adalah sahabat dari para cowo – cowo kami. Mereka bersahabat sejah kecil, namun Dave harus ikut orang tuanya pindah ke US saat mereka masih smp. Dan sekarang, dia sudah kembali ke Indonesia. Tidak hanya kembali ke Indonesia, tapi dia juga akan berkuliah di kampus yang sama dengan kita semua!” seru Citra
“Ohh gitu.. Welcome back, Dave,” sahut Rani sambil tersenyum menatap Dave. Untuk sesaat mereka saling melempar senyum dengan tatapan penuh arti.
"Ok, enough tatap – tatapan nya. Sekarang, kita kan sebentar lagi UAS, liburan 2 bulan cuma dipakai dirumah aja bosan maksimal.. Jadi kami merencanakan untuk liburan di alam bebas," sahut Devi
"Alam bebas maksudnya ?"
"Ia Ra, jadi kita liburan ngga cuma ngabisin waktu marathonin Mall seharian, tapi kita pindah lokasi maratohn nya, jadi di alam. Kita hiking, climbing, pokok nya melakukan semua hal yang belum pernah kita lakukan. gimana ?" seru Della. Semua hanya terdiam menunggu respon dari Rani dari Dave.
"Ok, kalau itu rencana nya, GUA SETUJU!!!! BIG DEALS!!" teriak Rani yang membuat seketika kamar itu menjadi sumber kebisingan dirumah.
"Ok, gua juga setuju!!" sahut Dave yang semakin memecah keadaan.
"Ok, semuanya bersiap siap ya, sampai ketemu satu munggu lagi." sahut Indra yang segera bersiap - siap hendak pulang, Rani mengantar mereka sampai di depan pintu rumahnya.
“BYE GUYS!” teriak Rani dari depan pintu rumah sambil melambaikan tangan.
“Bye Ran! Sampai ketemu minggu depan!” teriak Dave sebelum masuk mobil sambil melambaikan tangan nya. Rani yang mendengar hal itu hanya tersenyum begitu juga dengan sahabat – sahabat mereka. Mereka berharap ini adalah awal yang baik bagi Dave dan juga Rani. Selain itu, Rani juga merasa Dave adalah seorang pria yang baik dan mungkin sudah saatnya baginya untuk melupakan masa lalu nya tentang Angga. Dalam diam Ia berharap, liburan kali ini bisa merubah total dirinya dan Ia bisa merasakan perasaan seperti dulu. Ia ingin kembali merasakan cinta. Mungkin tidak dengan seseorang yang kehadiran nya selalu kita nantikan, namun bersama  seseorang yang tidak akan membiarkan kita menunggu kehadiran nya.
TO BE CONTINUED